Ada seorang gadis kecil. Ia diberi oleh ayahnya sekeping uang logam perak. Dia sangat senang dan bahagia, itu adalah uang pertamanya. Ia sangat menyayangi uang logam perak itu, dijaga baik - baik, disimpannya dalam tas saku beludru yang selalu tergantung di lehernya. Bila malam, selalu tas beludru itu digenggamnya erat - erat seakan banyak sekali pencuri yang selalu mengintai logamnya. Bangun pagi, hal pertama yang dilakukannya adalah mengambil minyak dan memoles logam peraknya agar tampak bersinar. Hanya sekeping logam perak.
Setiap ada kesempatan, uang logam itu selalu ia pamerkan kepada setiap teman-temannya, logam perak itu adalah harta paling berharga miliknya. Tidak ternilai, tidak akan ditukarkan dengan apapun, dan akan dijaganya seumur hidupnya. Begitu janjinya di dalam hati.
Pada suatu kesempatan, gadis kecil ini berjalan mengelilingi pertokoan. Dilihatnya seorang pria muda seusianya membawa sekeping logam seperti miliknya. Hanya warna yang membedakannya. Sang pria muda itu memiliki logam yang berwarna kuning mengkilap. Silau bila terpantul cahaya matahari.
“Wow, logam emas!” Teriaknya dalam hati. “Aku harus memilikinya,” pikir sang gadis kecil. Dihampirinya sang pria muda,” Boleh ku tukar logam perak ku dengan logam mu?” tanya nya kepada si pria.” Apa kamu yakin mau menukar logam perak mu dengan punya ku?” kata si pria memastikan. Si gadis kecil diam sejenak, ia berpikir, ini logam kesayangannya, apa akan ku tukar. Tetapi cahaya silau yang terpantul dari logam milik si pria muda membuyarkan lamunannya.” Iya, akan ku tukar!”
Demikianlah sekarang sang gadis kecil miliki logam yang berwarna kuning mengkilap yang ia peroleh dengan menukarkan logam perak kesayangannya. Diletakanlah logam barunya dalam tas beludrunya, dan dibawa pulang. Dengan bangga gadis kecil menunjukan logam barunya kepada teman-temannya, tetapi semua berkata logam perak miliknya yang lama lebih bagus. Ia sangat marah. Si gadis kecil pulang ke rumah, dan memperlihatkan logam barunya kepada si ayah, si ayah bilang bukan keputusan yang bijak menukarkan logam kesayangannya dengan logam barunya itu. Si gadis kecil bertambah kesal.
Ia mengurung diri di kamar, dan memperhatikan logam barunya. “Ini logam emas, warnanya kuning mengkilap, bersinar lebih indah dari pada logam perak ku yang lama. harganya pasti lebih mahal. Pasti lebih berharga.” Dengan meyakinkan dirinya sendiri, sang gadis tertidur pulas.
Hari berganti hari, si gadis sudah beberapa hari tidak membuka tas beludrunya. Ketika ia teringat akan tas beludrunya, ia membuka dan mengeluarkan uang logam yang terdapat di dalamnya. Diperhatikan logam barunya. Lalu si gadis mengambil minyak untuk menggosok logamnya. Tidak lama si gadis mengambil kain lap. Entah mengapa dengan agak panik si gadis mengambil tissue. Ia terus menggosok logamnya dengan minyak dan lap, kemudian menggosoknya lagi dengan tissue.
Melihat tingkah anaknya, si ayah menghampiri si gadis kecil dan bertanya “ada apa gadis manis ayah, kok tampak bingung?” dengan mata berlinang air mata yang hampir tertumpah, si gadis berkata ” Ayah, logam baru ku tampak kusam, tampak hitam, tidak bisa bersih dengan minyak, dan lap yang biasa. Semakin ku gosok, ia semakin kusam.” Dengan menghela nafas panjang, sang ayah berkata dengan tenang ”Gadis kecil ayah yang manis, kamu tahu logam yang ayah beri kepada mu logam apa?” tanya sang ayah.” “tahu, logam perak kan” “betul, lalu kamu tahu ini logam apa?” ”Ini logam emas yang seharusnya lebih berkilau indah dan mahal dari pada logam perak kesayangan ku itu kan” Sang ayah berkata dengan sabar, “Benar ini tampak seperti logam emas, tetapi ini bukan logam emas anakku. Ini adalah logam tembaga. Ia tampak seperti emas, tetapi tidak seindah emas, bahkan tidak seindah perak yang ayah berikan.”
Mengertilah si gadis kecil mengapa semua teman-teman dan ayahnya dari semula berkata logam perak kesayangannya lebih indah. Menyesallah si gadis kecil. Kemudian ia berusaha mencari pria muda yang menukar logam perak miliknya, bahkan ia membawa beberapa boneka kesayangannya untuk ditebus dan ditukarkan kembali dengan logam perak miliknya. tetapi ia tidak menemukan anak laki-laki itu lagi.
Sering kali kita tidak mengetahui, tidak menyadari betapa berharganya apa yang telah kita miliki saat ini. Apapun itu, orang-orang yang kita sayangi dan yang menyayangi kita, benda, waktu, kesempatan, atau apapun itu. Sering kali kita me-underestimate kan apa yang kita miliki saat ini.
Rumput tetangga terlihat lebih hijau. Sering kita terpikat oleh silaunya pantulan cahaya milik orang lain. Padahal hal yang terlihat belum tentu seindah nampaknya. Sering kita melihat orang lain nampak lebih bahagia, kekasih orang lain lebih tampan/cantik, atau apa saja, sehingga kita lupa bersyukur atas apa yang kita punya.
Kita sering menukar harta kita yang paling berharga dengan sesuatu yang membuat kita terpukau, tetapi hal itu hanya sesaat. ketika kita kemudian menyadarinya, kita sudah melakukan kesalahan. Kita menyesal. tetapi belum tentu sesuatu itu bisa diperbaiki dengan mudah. Konsekuensi pasti ada. Kita harus lebih berupaya memperbaiki kesalahan kita.
No comments:
Post a Comment